Seorang penanya berkata: Wahai Syaikh kami, semoga Allah menjagamu.
Di antara taufiq Allah bagi para penuntut ilmu, hadirnya (pelajaran)
Muqoddimah Muslim beserta penjelasannya dari anda yang mulia. Akan
tetapi nikmat ini, yaitu kaidah-kaidah yang disebutkan oleh Imam Muslim
telah menjadi rancu atas sebagian orang, sebagian mereka menerapkannya
atas sebagian saudara-saudaranya dari kalangan Ahlussunnah. Jika seorang
alim berijtihad membid’ahkan seseorang dan ia diselisihi oleh (seorang
alim) yang lain, mereka ini mengharuskan orang lain untuk membid’ahkan
orang tersebut, kemudian mereka berpindah kepada orang-orang yang
menyelisihi mereka dan memboikot dan mentahdzirnya dengan keyakinan
bahwasanya ini adalah manhaj Salaf, padahal akidah dan manhaj kedua
belah pihak adalah satu.
Kebanyakan negeri mereka-mereka ini telah tersebar padanya syirik,
sihir dan tashawwuf. Apakah ada nasehat(dari anda) yang akan menjelaskan
kebenaran dan mempersatukan kalimat?
Syaikh: saya katakan, sesungguhnya barangsiapa yang diberikan taufiq
oleh Allah, maka hendaknya ia menjelaskan kebenaran dan ia memohon
hidayah kepada Allah bagi orang yang telah ia jelaskan. Akan tetapi,
tidak boleh setelah itu ia mengintai jika pada orang tersebut tidak
terjadi (apa yang diinginkannya), lantas ia memboikotnya dan tidak
diajak bicara, sebagaimana yang terjadi pada sebagian penuntut ilmu
shigor (yang masih muda).
Sesungguhnya mereka ini tidak mengerti agama sama sekali dan mereka
ini ada di Eropah, Timur dan Barat, yakni mereka tidak mengetahui sama
sekali perkara-perkara asas dalam agama akan tetapi mereka telah ditimpa
musibah dengan mentabdi’ dan memboikot. Yaitu fulan telah membid’ahkan
si fulan, maka barangsiapa yang tidak mentabdi’nya maka ia juga adalah
mubtadi’ dan diboikot, ini bukanlah jalannya As-Salaf.
Syaikh bin Baz tidak pernah melakukan seperti ini, sangat banyak
bantahan-bantahan beliau, akan tetapi beliau sibuk dengan ilmu dan ia
tidak mengintai orang yang telah ia bantah, beliau hanya menjelaskan
kebenaran dan menuntun dalam metode ahli ilmu, inilah jalan yang benar.
Adapun apa yang dilakukan oleh sebagian para penuntut ilmu shigor
yang ada di berbagai tempat dan mereka tidak memiliki ilmu sama sekali ,
mereka hanya bertemu dengan temannya (kemudian mengatakan) “si fulan
mubtadi’, jika anda tidak metabdi’nya maka kami akan mentabdi’ anda”,
sedangkan ia termasuk Ahlussunnah. Ucapan (saya) ini (tentang) sesama
Ahlussunnah, yakni bukan kepada manusia dari kalangan Ahli bid’ah.
Yakni (jika) terjadi sesuatu dari kalangan Ahlussunnah, kemudian
disandarkan kepadanya, yang bisa jadi benar dan bisa jadi tidak benar.
Akan tetapi amalan seperti ini tidak diperbolehkan , dan hal ini tidak
dikenal dari pendahulu ummat ini bahwasanya; seorang di antara mereka
jika terjadi kekeliruan dari mereka, ia diboikot dan di tabdi’ kemudian
ia menyuruh orang lain untuk membid’ahkan atau memboikotnya, ini
bukanlah manhaj Salaf.
Contoh yang paling dekat, guru kami Syaikh bin Baaz yang Allah telah
menjadikannya bermanfaat dan manfaatnya tersebar ke (seluruh) wilayah
dan melalui beliau didapatkan kebaikan yang sangat banyak dan
bantahan-bantahannya (juga) sangat banyak, akan tetapi beliau
menyibukkan diri dengan ilmu, bukanlah prinsip beliau jika ia mentabdi’
seseorang kemudian ia mengharuskan begini, yaitu barangsiapa yang tidak
mentabdi’nya maka ia pun jadi ahli bid’ah dan diboikot.
Hal ini tidak terjadi dari Syaikh (Ibnu Baaz) dan tidak pula dari orang yang berada di jalan Syaikh(Ibnu Baaz) rahimahullah.
Penanya: Jazaakumullahu khairan, subhaanakallaahumma wa bihamdika nasyhadu an laa ilaha anta nastaghfiruka wa natubuu ilaika.
(Transkripsi tanya jawab bersama Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-’Abbaad
hafidzahullah, setelah pelajaran Kitab Shahih Muslim di Masjid Nabawiy,
Madinah, Kerajaan Arab Saudi.
Tanggal rekaman 05 Shofar 1435/ 08 Desember 2013)
Sumber : Al-Atsariyyah.Com
[AUDIO] Kajian Rutin : Tanda – Tanda Akhir Zaman
2 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar