Tabligh Akbar / Bedah Buku "Mendulang Pahala di Bulan Dzulhijjah"
Alhamdulillah atas kemudahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, Insya Allah akan diadakan Bedah Buku/Tabligh Akbar yang akan dilaksanakan di Masjid Agung Sidrap, Sulsel. Tema dari acara tersebut adalah “Mendulang Pahala di Bulan Dzulhijjah, Fiqih Berqurban, Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dan Hari Tasyriq”. Adapun rincian kegiatannya sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Ahad, 30 Dzulqa’idah 1431 H. / 7 Nopember 2010 M.
Pukul : 09.30 WITA sampai selesai
Tempat : Masjid Agung Sidrap, Jl. Jend. Sudirman (Poros Pare-pare) Pangkajene Sidrap, Sulsel
Pemateri : Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Hafidzhahullah
Peserta : Ikhwan dan Akhwat (Terbuka untuk umum)
Insya Allah jika memungkinkan kegiatan ini juga akan disiarkan secara langsung di www.almakassari.com dan www.an-nashihah.com
Info Panitia : Abdul Majid, 081 355 132 485; Abu Abdillah Nasir, 085 237 970 144; Abu Ibrohim, 081 998 427 584.
Jazaakumullah khair.
Daurah Sidrap - Dzulqa'idah 1431 H
Berikut Jadwal Kegiatan DAURAH SALAFIYAH Yang Insya Allah akan dilaksanakan setiap bulan di Kab. Sidrap pada pekan ke-4 (Sabtu – Ahad) yang akan dibawakan oleh :
AL-USTADZ ABU ‘ABDILLAH KHIDIR BIN MUHAMMAD SANUSI hafidzahullah
(Murid Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah / Pengasuh Pondok Pesantren As-Sunnah, Makkassar)
Jadwal Untuk Bulan ini : Dzulqa'idah 1431 H. / Oktober 2010 M.
A. Sabtu, 15 Dzulqa'idah 1431 H. / 23 Oktober 2010 M.
KAJIAN KITAB RIYADHUS SHALIHIN
(Taman Orang-orang Shalih)
Karya : Imam An-Nawawi rahimahullah
Pukul : 18.20 – 19.15 WITA (Maghrib – Isya’)
Tempat : MASJID AS-SUNNAH, Desa Teppo, Massepe, Kec. Tellu LimpoE, Kab. Sidrap (Terbuka untuk Umum : Ikhwan dan Akhwat)
B. Ahad, 16 Dzulqa'idah 1431 H. / 24 Oktober 2010 M.
1. KAJIAN UMUM
Pukul : 05.00 - 06.00 WITA (Ba'da Subuh)
Tempat : MASJID AGUNG Pangkajene Sidrap. Jl. Poros Pare
(Terbuka untuk Umum : Ikhwan dan Akhwat)
Bekal untuk Jamaah Haji
Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah
Kasih Sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap Hamba
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan diwajibkan bagi orang yang mampu. Ibadah ini dikaitkan dengan kemampuan karena haji merupakan sebuah perjalanan ibadah yang butuh pengorbanan besar berupa kemampuan materi dan kekuatan fisik. Bila sebuah ibadah dikaitkan langsung dengan kemampuan, berarti menunjukkan kesempurnaan hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam meletakkan ibadah tersebut. Orang yang beriman akan menerima ketentuan ibadah tersebut tanpa berat hati. Karena mereka mengetahui bahwa tidak ada satupun bentuk syariat yang diletakkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melainkan maslahatnya kembali bagi hamba. Tidak terkait sedikitpun dengan kebutuhan Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap mereka. Di sisi lain, dikaitkannya ibadah haji ini dengan kemampuan hamba menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tinggi terhadap mereka. Semuanya ini telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tegaskan di dalam firman-Nya:
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)
مَا يُرِيْدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ
“Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian.” (Al-Ma`idah: 6)
Hadits-hadits Dhaif Tentang Haji
Penulis : Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Setiap muslim pastilah mengetahui bahwa ibadah haji ke Baitullah merupakan salah satu rukun dari lima rukun agamanya. Dan kini, bulan pelaksanaan haji telah menjelang. Jutaan kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia akan membanjiri tanah suci yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Ucapan talbiyah menyambut panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala terluncur dari lisan tamu-tamu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan kerajaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Berangkat ke tanah suci, melaksanakan ibadah haji dan umrah ini merupakan impian setiap insan beriman mewujudkan titah Allah Yang Maha Rahman, yang telah berfirman:
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97)
Berhaji di Jalan Allah
Penulis : Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجِّ عَمِيْقٍ. لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيْمَةِ اْلأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيْرَ. ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوا نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Al-Hajj: 27-29)
Beberapa Kesalahan yang Sering Terjadi di Musim Haji
Penulis : Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.
Perjalanan suci menuju Baitullah membutuhkan bekal yang cukup. Di samping bekal harta, ilmu pun merupakan bekal yang mutlak dibutuhkan. Karena dengan ilmu, seseorang akan terbimbing dalam melakukan ibadah hajinya sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu, akan terhindar dari berbagai macam bid’ah dan kesalahan, sehingga hajinya pun sebagai haji mabrur yang tiada balasan baginya kecuali Al-Jannah.
Berangkat dari harapan mulia inilah, nampaknya penting sekali untuk diangkat berbagai kesalahan atau bid’ah (hal-hal yang diada-adakan dalam agama) yang sekiranya dapat menghalangi seseorang untuk meraih predikat haji mabrur. Di antara kesalahan-kesalahan itu adalah sebagai berikut:
Beberapa Kesalahan Sebelum Berangkat Haji
1. Mengadakan acara pesta (selamatan) dengan diiringi bacaan doa atau pun shalawat tertentu. Bahkan terkadang dengan iringan musik tertentu. Perbuatan semacam ini tidak ada contohnya dalam kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
2. Mengiringi keberangkatan jamaah haji dengan adzan atau pun musik.
3. Mengharuskan diri berziarah ke kubur sanak-famili dan orang-orang shalih.
4. Keyakinan bahwasanya calon jamaah haji itu selalu diiringi malaikat sepekan sebelum keberangkatannya, sehingga doanya mustajab.
Manasik Haji Untuk Anda
Penulis : Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.
Kita sering dihadapkan pada ragam ibadah yang berbeda satu dengan lainnya. Namun ketika telah mengikrarkan syahadat Muhammadarrasulullah, maka yang semestinya terpatri di benak kita adalah meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segenap aspek dan tata cara ibadah, termasuk berhaji.
Pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadi dambaan setiap muslim. Predikat ‘Haji Mabrur’ yang tiada balasan baginya kecuali Al-Jannah (surga) tak urung menjadi target utama dari kepergiannya ke Baitullah. Namun, mungkinkah semua yang berhaji ke Baitullah dapat meraihnya? Tentu jawabannya mungkin, bila terpenuhi dua syarat:
1. Di dalam menunaikannya benar-benar ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena mencari pamor atau ingin menyandang gelar ‘Pak haji’ atau ‘Bu haji/hajjah’.
2. Ditunaikan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Para pembaca, sebagaimana disebutkan dalam bahasan yang lalu bahwa ibadah haji ada tiga jenis; Tamattu’, Qiran, dan Ifrad. Bagi penduduk Indonesia, haji yang afdhal adalah haji Tamattu’. Hal itu dikarenakan mayoritas mereka tidak ada yang berangkat haji dengan membawa hewan kurban. Walhamdulillah, selama ini mayoritas jamaah haji Indonesia berhaji dengan jenis haji tersebut. Maka dari itu akan sangat tepat bila kajian kali ini lebih difokuskan pada tatacara menunaikan haji Tamattu’.
Mengenal Jenis-jenis Haji dan Miqatnya
Penulis : Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.
Seorang calon jamaah haji, sudah seharusnya mengenali jenis-jenis haji dan miqatnya. Agar dia bisa melihat dan memilih, jenis haji apakah yang paling tepat baginya dan dari miqat manakah dia harus melakukannya.
Jenis-jenis Haji
Berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih dari Nabi shallallah ‘alahi wa sallam, ada tiga jenis haji yang bisa diamalkan. Masing-masingnya mempunyai nama dan sifat (tatacara) yang berbeda. Tiga jenis haji tersebut adalah sebagai berikut:
1. Haji Tamattu’
Haji Tamattu’ adalah berihram untuk menunaikan umrah di bulan-bulan haji (Syawwal, Dzul Qa’dah, 10 hari pertama dari Dzul Hijjah), dan diselesaikan umrahnya (bertahallul) pada waktu-waktu tersebut1. Kemudian pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah) berihram kembali dari Makkah untuk menunaikan hajinya hingga sempurna. Bagi yang berhaji Tamattu’, wajib baginya menyembelih hewan kurban (seekor kambing/sepertujuh dari sapi/sepertujuh dari unta) pada tanggal 10 Dzul Hijjah atau di hari-hari tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzul Hijjah). Bila tidak mampu menyembelih, maka wajib berpuasa 10 hari; 3 hari di waktu haji (boleh dilakukan di hari tasyriq2. Namun yang lebih utama dilakukan sebelum tanggal 9 Dzul Hijjah/hari Arafah) dan 7 hari setelah pulang ke kampung halamannya.
Haji ke Baitullah
Penulis : Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.
Mencari gelar haji/hajjah, menaikkan status sosial, atau unjuk kekayaan, adalah niatan-niatan yang semestinya dikubur dalam-dalam saat hendak menunaikan ibadah haji. Karena setiap amalan, sekecil apapun, hanya pantas ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih, ibadah haji merupakan amalan mulia yang memiliki kedudukan tinggi di dalam Islam.
Haji ke Baitullah merupakan ibadah yang sangat mulia dalam Islam. Kemuliaannya nan tinggi memposisikannya sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Ini mengingatkan kita akan sabda baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ
“Agama Islam dibangun di atas lima perkara; bersyahadat bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shaum di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.” (HR. Al-Bukhari no. 8 dan Muslim no.16, dari shahabat Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Berita Wafatnya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN, Allah Ta'ala mengangkat lagi ilmu dari dunia ini. Telah meninggal dunia pada hari Jum'at kemarin (29 Syawal 1431 H) Syaikh MUHAMMAD BIN JAMIL ZAINU rahimahullah dan disholatkan di Masjidil Haram Makkah.
Kita mencintai beliau -insya Allah Ta'ala-. Mohonkanlah ampunan dan Rahmat Allah untuk beliau rahimahullah wa ghafara lahu wa lana.
Aktifitas terakhir beliau adalah pengajar di Darul Hadits Makkah. Buku-buku beliau yang paling banyak beredar di Indonesia adalah :
1. Minhajul Firqotin Najiyah (diantara buku manhaj pertama yang ana baca)
2. Kuntu Naqsyabandiyan (Aku dulu penganut Tarekat Naqsyabandi)
3. Kayfa ihtidaytu ilat Tauhid (Bagaimana aku mendapat hidayah kepada Tauhid)
4. Bimbingan Islam bagi Pribadi dan Masyarakat (buku ini bagus sekali, biasa dibagikan bagi jamaah haji Indonesia)
5. Kayfa Nurabbi Auladana (Bagaimana mendidik anak-anak kita)
6. Nida'un ilal murabbiyin wal Murabbiyat (Sebuah panggilan untuk para pendidik)
(Info wafat beliau dari Ikhwan di Makkah)
disadur dari Akun Facebook Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray : www.facebook.com/SofyanRuray