Penulis: Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr
Sesungguhnya dalam setahun terdapat hari-hari yang utama dan waktu-waku yang berharga. (yaitu) Waktu-waktu yang kalau berdoa padanya lebih afdhol dan lebih kuat untuk terkabul dan lebih diharap sangat untuk terijabahi. Dan Allah memiliki hikmah yang mendalam :
"Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memilihnya (dari ciptaan-ciptaan-Nya)". (Al Qoshoh : 68)
Maka karena kesempurnaan hikmah-Nya, Qudrah-Nya dan kesempuranaan ilmu-Nya dan peliputan-Nya, maka Dia memilih dari sebahagian mahluqnya apa yang Dia kehendaki berupa waktu, tempat, dan orang tertentu. Maka Alloh khususkan mereka dengan keutamaan yang lebih, perhatian-Nya yang banyak serta anugerah-Nya yang melimpah nan luar biasa. Yang demikian termasuk sebesar-besar tanda rububiyahnya Allah dan seagung-agung bukti wahdaniyahNya dan Maha esa-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan. Dan segala urusan adalah milik Alloh sebelum dan sesudahnya. Maka Alloh menetapkan qadha'-Nya dan memutuskan untuk mahluknya apa yang Dia kehendaki dan Dia inginkan.
"Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan bumi, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Al Jatsiyah : 36-37)
Sesungguhnya termasuk perkara yang dikhususkan oleh Alloh dari waktu-waktu dengan keutamaan yang lebih dan kemuliaan yang melimpah adalah bulan Romadhon, dimana Alloh mengutamakannya melibihi seluruh bulan-bulan yang ada. Juga sepuluh malam terakhir dimana Alloh mengutamakannya melebihi seluruh malam-malam yang lain. Dan malam qodar dimana Alloh menjadikan keutamaannya yang lebih disisi-Nya dan kedudukan yang agung yang lebih baik dari seribu bulan. Alloh jadikan besar nilainya dan Alloh tinggikan dan naikkan kedudukannya disisi Alloh. Maka Alloh turunkan di malam tersebut wahyu-Nya yang terang lagi jelas dan firman-Nya yang mulia lagi bijaksana sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa dan pembeda, sinar, cahaya, dan rahmah bagi orang-orang yang beriman.
Alloh berfirman :
"Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul, Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui, Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu."
Juga berfirman :
"Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (Al Qadar : 1-5)
Duhai betapa agungnya malam ini, betapa banyak kebaikannya betapa melimpah barokahnya, satu malam lebih baik dari seribu bulan yaitu lebih dari 83 tahun seumur orang yang panjang usia. Yaitu umur yang panjang yang kalau seorang muslim mengisi keseluruhannya dalam ketaatan kepada Alloh maka malam lailatul qodar yang satu malam itu ternyata masih lebih baik dari itu semua. Hal ini tentunya diperuntukkan bagi orang yang mendapatkan keutamaanya dan menggapai barokahnya.
Berkata Mujahid rahimahulloh : Lailatul qodar lebih baik dari seribu bulan yang tidak terdapat lailatul qodarnya. Demikian juga dikatakan oleh Qotadah, Asy syafi'i dan yang lainnya.
Dimalam yang penuh barakah tersebut banyak turun malaikat dikarenakan banyaknya barakah malam itu, karena para malaikat turun seiring turunnya barokah yaitu keselamatan (kesejateraan) hingga terbitnya fajar. Bahwa malam tersebut adalah malam yang baik secara keseluruhannya yang tidak ada kejelekannya hingga terbitnya fajar. Dimalam tersebut segala urusan dijelaskan penuh hikmah yaitu ditentukan taqdir apa yang akan terjadi dalam setahun dengan ijin Alloh yang Maha perkasa lagi bijaksana. Dan yang dimaksudkan dengan taqdir disini adalah taqdir tahunan adapun taqdir secara umum telah ada di lauh mahfudz mendahului dari penciptaan langit dan bumi semenjak lima puluh ribu tahun sebelumnya sebagaimana yang telah shohih disebutkan dalam hadist Rasululloh .
Sesungguhnya malam yang kedudukannya sedemikian itu maka sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat mencarinya agar dia beruntung dengan mendapat pahala dan memperoleh kebaikannya, menggapai ganjarannya dan barokahnya. Orang yang terhalang (dari kebaikan) adalah yang diharamkan mendapat pahala, yang dia melewati musim panen kebaikan dan hari-hari barokah sementara dia terus dalam perbuatan dosanya, berlangsung terus penyimpanganya, terlena dalam kemaksiatannya, dan dia binasa dengan penyimpangannya. Maka betapa besar kerugiannya dan betapa sangat rasa sesalnya. Barang siapa yang tidak bersemangat untuk memperoleh keberuntungan dimalam yang penuh barokah tersebut maka kapan lagi dia mau bersemangat. Barang siapa tidak kembali menghadap Alloh diwaktu yang mulia tersebut maka kapan lagi dia mau kembali menghadap. Barang siapa yang terus menerus terlena diri dari kebaikan maka kapan lagi dia mau beramal. (Allahul Musta'an. Pent)
Sesungguhnya semangat serta antusias untuk mendapatkan malam tersebut, serta mengisinya dengan ketaatan, bersungguh-sungguh dalam berdoa adalah ciri-ciri dan alamat orang-orang pilihan dan hebat, bahkan mereka adalah orang-orang yang memohon kepada Alloh diwaktu itu untuk ditetapkan mendapat ampunan dan dimaafkan kesalahan-kesalahannya, karena saat itu adalah malam yang ditetapkan padanya apa yang akan terjadi pada manusia dalam setahun secara penuh maka di malam ini mereka berdoa dan memohon, dan disetahun penuhnya mereka akan jalani dengan semangat dan kesungguhan sehingga kepada Allah mereka meminta pertolongan serta memohon taufikNya. Subhanallah. (pent). (lihat berikutnya artikel dengan judul: Doa di malam Lailatul qadar)
(dikutip dari kitab Fiqhul Ad'iyyah wal adzkar karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr. Hal 265 – 269. Alih Bahasa : Al Ustadz M.Rifai.)
[AUDIO] Kajian Rutin : Tanda – Tanda Akhir Zaman
2 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar