Penulis: Ummu ‘Affan Nafisah bintu Abi Salim'
Berikut ini adalah nasihat berharga yang ditinggalkan oleh seorang ‘alim yang mulia yang kini telah tiada. Keharuman ilmunya yang semerbak tetap dinikmati oleh para penuntut ilmu yang ingin meraup faidah darinya, Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya
Kuwasiatkan bagi seluruh kaum muslimin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mempelajari agama di berbagai madrasah ataupun tempat menuntut ilmu agama lainnya, dan hendaknya mereka bertanya kepada ulama mengenai hukum-hukum agama yang masih menjadi permasalahan bagi mereka, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala ta’ala berfirman:
“Dan bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (Al-Anbiya: 7)
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.”
Adapun perkara yang paling penting dalam menuntut ilmu adalah membaca Al Qur’an Al Karim dan memahami maknanya, serta mencurahkan perhatian dan mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, juga mengambil faidah dari kitab-kitab ahlus sunnah, kitab tafsir Al Qur’an Al Karim, dan kitab-kitab yang menerangkan hadits-hadits Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam buah karya para ulama yang terkenal dengan keilmuannya, kebaikan agama dan akidahnya. Rasul shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya)
Beliau shallalahu ‘alaihi wasallam juga mengatakan:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa yang berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)
Telah diketahui bahwasanya mempelajari syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala -yang untuk tujuan itulah manusia diciptakan- adalah kewajiban yang paling penting. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memudahkan jalan untuk menuntut ilmu bagi semua orang, baik itu melalui siaran Idza’ah Al Qur’an Al Karim1, Nur ‘alad Darb2 maupun halaqah-halaqah ilmu yang diadakan di masjid, atau melalui kajian intensif ilmiah dan media yang lain. Seorang mukmin ataupun mukminah wajib untuk memperhatikan dan mengambil faidah darinya, di mana pun dia berada.
Yang perlu diperhatikan adalah larangan menyimak segala sesuatu yang dapat merusak hati dan akhlak, seperti nyanyian, kaset-kaset yang menyimpang, atau pun alat-alat musik. Semua ini merusak hati dan akhlak, sehingga wajib untuk memperingatkannya dan menasihatkan untuk meninggalkannya, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada di dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan orang-orang yang saling berwasiat dengan al haq dan saling berwasiat di dalam kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3)
Dan sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam:
“Agama ini adalah nasihat.” Kemudian ditanyakan kepada beliau, “Untuk siapa, wahai Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam?” Beliau mengatakan, “Untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk para imam kaum muslimin dan orang-orang awam di kalangan mereka.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya)
Perkara yang harus diperhatikan sungguh-sungguh dan harus saling diwasiatkan oleh kaum muslimin semuanya, adalah menyeru manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memerintahkan mereka pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Karena hal ini merupakan sebab terbesar yang dapat memperbaiki hati dan masyarakat. Dengannya kemuliaan mereka akan tampak dan kehinaan akan tertutupi. Dalil-dalil tentang hal ini sangatlah banyak, di antaranya surat Al-‘Ashr dan hadits Ad-Diinu An-Nashihah di atas, termasuk pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Dan saling tolong-menolonglah kalian di dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)
“Dan orang laki-laki yang beriman dan wanita yang beriman adalah wali sebagian yang lain. Mereka saling memerintahkan kepada hal yang ma’ruf dan melarang kepada yang mungkar dan mereka mendirikan shalat dan mereka menunaikan zakat. Dan mereka menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang selalu dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mulia dan Maha Sempurna Hikmah-Nya.” (At-Taubah: 71)
Dan sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam:
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala semisal dengan orang yang melakukannya.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya)
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat satu kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka hendaknya ia mengubahnya dengan lisannya, namun apabila ia tidak mampu maka dengan hatinya dan ini adalah selemah-lemah keimanan.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya)
Di samping itu masih banyak ayat-ayat serta hadits-hadits dalam masalah ini.
Tidak diragukan lagi bahwa kewajiban para pengajar lebih berat daripada kewajiban murid-muridnya. Wajib bagi mereka untuk memperhatikan anak didiknya dan mengarahkan mereka agar memiliki akhlak mulia, sifat-sifat yang terpuji serta mengamalkan apa yang telah mereka ketahui. Kewajiban para pengajar wanita adalah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mendidik murid-murid perempuan mereka, dan mengajarkan kepada mereka akhlak mulia yang dilandasi oleh agama dan aqidah yang benar di dalam setiap pelajaran dan nasihat, sehingga akan muncul generasi yang shalih dari kalangan para pelajar dan pengajar, kelak di kemudian hari.
Kewajiban para pengajar merupakan sesuatu yang besar, demikian pula dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan kewajiban yang besar bagi setiap orang. Oleh karena itu, setiap orang yang berilmu wajib mengajari anak-anaknya serta keluarganya dan selain mereka sesuai kemampuannya. Begitu pula setiap wanita yang berilmu, wajib mengajari anak-anak, saudara perempuannya dan para wanita di sekelilingnya. Hendaknya ia mengambil kesempatan dalam pertemuan-pertemuan, seperti walimah dan yang lainnya, untuk berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memerintahkan perkara yang ma’ruf serta mencegah dari perkara-perkara yang mungkar, memberikan peringatan kepada kaumnya, mengajari serta memberi petunjuk kepada mereka. Ketika melihat saudaranya ber-tabarruj3 di hadapan laki-laki atau di jalanan, hendaknya ia melarang dan memperingatkannya dari perbuatan seperti itu. Ia harus pula memperingatkan anak-anak, saudara-saudara perempuan ataupun tetangga dan selain mereka, dari rasa malas menunaikan shalat, mengajak mereka untuk melakukan kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran. Inilah kewajiban setiap orang, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain.” (At-Taubah: 71)
Makna / auliya disini adalah bahwasanya mereka saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka tidak saling bermusuhan. Seorang mukmin adalah wali bagi saudaranya sesama muslim, demikian juga seorang mukminah adalah wali bagi bagi saudaranya yang muslim. Mereka harus saling memerintahkan pada kebaikan dan memperingatkan dari kemungkaran, saling menasihati karena Allah. Dengan demikian, seorang suami seharusnya memerintahkan istrinya kepada perkara yang ma’ruf dan melarangnya dari perkara yang mungkar, demikian pula yang dilakukan seorang istri. Ketika melihat suaminya melalaikan shalat, meminum minuman yang memabukkan, merokok atau memotong jenggotnya, maka ia mengatakan kepada suaminya, “Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak sepantasnya kau melakukan hal ini. Bagaimana bisa engkau menyukai perbuatan jelek seperti itu? Bagaimana bisa engkau bermaksiat terhadap Rabbmu?”
Hendaknya dia menyampaikan ucapannya dengan kata-kata yang lembut dan cara yang baik. Jangan sampai ia merasa sungkan ataupun bosan. Demikian pula semestinya yang dia tunaikan terhadap ayahnya, saudaranya, ibunya, tetangga maupun teman-temannya. Inilah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslimin dan muslimat di mana pun mereka berada dan apa pun profesi mereka. Hal ini adalah kewajiban mereka sesuai kemampuan dan ilmu yang mereka miliki.
Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan seluruh nama-nama-Nya yang terpuji dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agar Dia memberi taufik kepada kita beserta seluruh kaum muslimin menuju perkara-perkara yang diridhai-Nya, menunjukkan kepada kita jalan-Nya yang lurus dan menganugerahkan pemahaman dan kekokohan dalam agama. Semoga kita dikaruniai taufik untuk menegakkan kewajiban dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan saling menasihati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hamba-hamba-Nya. Tak luput aku wasiatkan kepada seluruh kaum muslimin agar mereka berdoa bagi saudaranya yang jauh, yang tidak di hadapannya, dan hendaknya mendoakan para pemimpin di dalam shalat atau ketika akhir malam agar mendapatkan taufik dan hidayah serta kebaikan dan perbaikan.
Pemerintah sangatlah membutuhkan doa, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaiki mereka dan memperbaiki keadaan masyarakat dengan adanya mereka serta memberi petunjuk kepada mereka dan memberi petunjuk kepada masyarakat dengan keberadaan mereka. Oleh sebab itu, mereka pantas untuk mendapatkan doa. Bagi para pemimpin negeri ini (Saudi Arabia) dan seluruh pemimpin kaum muslimin di mana pun berada, doakanlah mereka dengan kebaikan, taufik dan hidayah. Doakanlah pula anak dan istri kalian, juga selain mereka, agar mendapatkan petunjuk, taufik, kebaikan, taubat yang nashuha.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Katakanlah inilah jalanku.” (Yusuf: 108)
Maknanya: Katakanlah wahai Muhammad, inilah jalanku di mana aku dan para pengikutku menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas bashirah (cahaya/ ilmu).
Demikianlah para pengikut Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan mereka menyeru manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas bashirah (cahaya/ilmu), memperingatkan manusia dari bermaksiat kepada-Nya, dan mereka memberi bimbingan kepada manusia menuju kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (An-Nahl: 125)
Ayat ini tidak terkhususkan bagi laki-laki tanpa mencakup wanita ataupun sebaliknya, tetapi merupakan kewajiban bagi mereka semua sekadar ilmu dan kemampuan mereka, sebagaimana firman-Nya:
“Bertakwalah kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semampu kalian.” (At-Taghabun: 16)
Para ulama serta para pengajar memiliki kewajiban besar, demikian pula para pemuka dan tokoh masyarakat. Kewajiban mereka lebih berat dibanding yang lainnya sesuai kemampuan ilmu dan kekuatan mereka. Hendaknya setiap muslim mengetahui perkara yang menjadi kewajibannya dan memperhatikan kewajiban tersebut serta mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal tersebut. Kita berada di akhir zaman di mana Islam semakin asing, sehingga wajib bagi kita untuk saling bahu-membahu dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan kebenaran.
Kami memohon taufik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon hidayah serta kekokohan dan kesudahan yang baik bagi seluruh kaum muslimin. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita semuanya menuju perkara yang diridhai-Nya dan semoga Ia memberi petunjuk kepada kita menuju jalan-Nya yang lurus. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam, para shahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga hari kiamat.
(Diterjemahkan dari Mauqi’ Ibnu Baz dalam Majmu’ Fatawa wa Maqalat, juz 9)
Sumber : www.asysyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar