Rabu, 24 Februari 2010

Nasehat Asy-Syaikh Shalih Abdul Aziz Al-Ghusn (hafizhahullah) untuk Ikhwah Salafiyyin Indonesia

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabbil ‘alamin, shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan sebaik-baik makhluk dan yang paling mulianya serta yang sangat indah akhlaknya diantara mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyanjung Beliau dengan firman-Nya:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berada diatas akhlak yang agung“.[Al Qalam: 4]

dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu“. [Ali ‘Imran: 159]

dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ

“maka maafkanlah mereka dan biarkanlah“. [Al Maa-idah: 13]

Ya Ma’syaral Ahibbah! Wahai sekalian yang aku cintai! Aku wasiatkan kalian dan diriku dengan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dalam keadaan yang nampak ataupun tersembunyi, dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu mematuhi segala perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Taqwa merupakan wasiat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk generasi awal dan terakhir.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا الله

“Dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kalian kepada Allah“. [An Nisaa’: 131]

Maka ini adalah wasiat yang sangat agung yang mencakup hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hak-hak para hambaNya, agar Allah Subhanahu wa Ta’ala ditaati tidak dimaksiati, diingat tidak dilupakan, disyukuri tidak dikufuri. Dan taqwa merupakan wasiat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana (yang Beliau sampaikan) didalam khutbatul wada’. Dan apabila Beliau mengangkat seseorang untuk dijadikan komando pasukan atau tentara Beliau mewasiatinya dengan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Beliau mewasiati Mu’adz radhiyallahu ‘anhu dengan ucapannya:

اتق الله حيثما كنت

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada“.

Dan hendaklah kalian senantiasa ikhlas serta memperbaiki niat dalam ilmu dan amal, karena sesungguhnya kalian diperintahkan akan hal itu sebagaimana didalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Dan tidaklah mereka itu diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama hanya kepadaNya“. [Al Bayyinah: 5]

dan:

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي

Katakanlah: “Hanya Allah saja Yang aku ibadahi dengan mengikhlaskan agamaku kepadaNya.” [Az Zumar: 14]

Maka perbaikilah niat niscaya engkau akan termasuk dari ahlinya. Akupun wasiatkan kalian agar bersemangat terhadap al-ilmu an-nafi’ (ilmu yang bermanfaat), tadabburilah Al Qur`an, dan bersemangatlah untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Beliau sendiri telah memerintahkan akan hal itu dengan sabdanya:

فعليكم بسنتي، وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي، تمسكوا بها، وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور

“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para al-khulafa ar-rasyidin al-mahdiyin (yang telah diberi petunjuk oleh Allah) setelahku, berpegang teguhlah dengannya, dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru didalam agama“.

Akupun wasiatkan kalian dengan sesuatu yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkannya didalam sabdanya:

لا تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخوانا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ؛ لا يَظْلِمُهُ ، وَلا يَخْذُلُهُ ، وَلا يَحْقِرُهُ ، التَّقْوَى هَاهُنَا ، و يُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثلاث مرات بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah saling membenci, dan janganlah saling bermusuhan, dan janganlah sebagian dari kalian melakukan penjualan diatas penjualan sebagian yang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah dia menzholiminya, dan jangan pula menelantarkannya, dan jangan pula merendahkannya, taqwa itu disini, dan Beliau berisyarat pada dadanya sebanyak tiga kali, cukuplah seseorang dikatakan jahat ketika ia merendahkannya saudaranya yang muslim, setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, hartanya dan kehormatannya“.

Hadits yang mulia ini dimulai dengan peringatan dari perbuatan hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan seperti halnya api melalap kayu bakar, dan jika engkau merasakan sesuatu dari sifat tersebut maka sembunyikanlah, janganlah engkau menampakkannya dan jangan pula membicarakannya, karena sungguh telah dikatakan bahwa:

ما خلا جسد من حسد, لكن اللئيم يبديه والكريم يخفيه

“Tidak ada jasad yang terlepas dari hasad, akan tetapi orang yang hina akan menampakkannya sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya“. Ya Ahibbati! Wahai sekalian yang aku cintai! Hendaklah kalian bersatu, saling mencintai, dan menyatukan kalimat, serta melaksanakan hak-hak yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan dan mewasiatkannya ketika Beliau bersabda:

حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم ستٌّ : إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأجبْهُ ، وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ الله فَشَمِّتْهُ ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ رواه مسلم

“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam: Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, Dan jika ia menyerumu maka penuhilah seruannya, Dan jika ia meminta nasehat darimu maka nasehatilah, Dan jika ia bersin lalu memuji Allah (yakni mengucapkan alhamdulillah) maka doakanlah, Dan jika ia sakit maka jenguklah, Dan jika ia wafat maka ikutilah (yakni mengantarkannya ke pekuburan)”,

[HR. Muslim.]

Hak-hak atas saudara tidaklah terbatas pada perkara-perkara yang disebutkan dalam hadits diatas, akan tetapi ini hanyalah merupakan contoh-contoh dan arahan-arahan yang mana kita harus memahami dan memperhatikannya. Akupun wasiatkan kalian agar menghormati para Ulama dan mengambil ilmu dari mereka, karena sesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi, maka haruslah kita menghormati dan memuliakan mereka, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengangkat derajat dan meninggikan kedudukan mereka.

Dan jikalau salah seorang dari mereka keliru didalam sebagian permasalahan ijtihad, maka hal itu tidaklah menjadi penghalang untuk kita istifadah (mengambil faidah) dari ilmu-ilmu mereka, dan tidaklah ada yang selamat dari kesalahan serta kekeliruan kecuali siapa saja yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hendaklah kalian berhias dengan akhlak yang baik dan adab yang mulia, karena sesungguhnya akhlak yang baik akan menyebabkan timbangan alhasanat (amal kebaikan) menjadi berat, dan sifat itupun merupakan sebab memasuki jannah, dan juga sebab yang dapat menimbulkan rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya, serta sebab untuk dekat dengan Beliau di hari kiamat kelak. Dan tidak ada sesuatupun yang diletakkan diatas timbangan seorang hamba yang lebih berat daripada akhlak yang baik, dan sungguh seorang yang berakhlak baik akan sampai kepada derajat orang yang melakukan shalat dan shaum dikarenakannya.

Disebutkan didalam hadits Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا

“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian“.

Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق

“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah“.

Dan termasuk dari perkara yang akan memperkuat ikatan persaudaraan, dan mempersatukan hati, serta menghilangkan (kejelekan) yang ada dalam jiwa, yaitu hendaklah seorang hamba mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, dan hendaklah menahan diri untuk menyakiti saudaranya baik itu dengan tangan, atau lisan, ataupun yang lainnya. Sebagaimana disebutkan didalam hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

قلت يا رسول الله أيّ الأعمال أفضل قال الإيمان بالله والجهاد في سبيله, قُلْتُ فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ ؟ قَالَ : تُعِينُ صَانِعًا أَوْ تَصْنَعُ لأَخْرَقَ، قُلْتُ : أرأيْتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ العَمَلِ ؟ قَالَ : فكُفّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ, فإنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ

Aku bertanya: “Wahai Rasulallah amalan apakah yang paling utama?”, Beliau menjawab: “iman kepada Allah dan jihad dijalanNya”, aku bertanya: “jika aku tidak bisa melakukannya?”, Beliau menjawab: “hendaklah engkau menolong orang yang melakukannya atau engkau beramal untuk seorang yang jahil”, aku bertanya: “apa pendapatmu jika aku tidak mampu dalam sebagian amalan?”, Beliau menjawab: “tahanlah sikap jahatmu dari manusia, karena sesungguhnya hal itu adalah shadaqah darimu untuk dirimu“.

Dan termasuk dari perkara yang akan mendatangkan rasa cinta serta akhlak yang baik yaitu hendaklah memaafkan kesalahan-kesalahan ikhwan dan janganlah mencela mereka dikarenakan kekelirua-keliruan yang terjadi, dan hendaklah berusaha dengan sungguh agar tercipta sedikitnya perselisihan, dan bersungguh-sungguhlah untuk tegak diatas kebersamaan.

Dan jika salah seorang dari ikhwan tergelincir berbuat kesalahan, maka carilah untuknya sembilan puluh udzur, dan janganlah sibuk dengan aib-aib ikhwan sedangkan engkau lupa dengan aib diri sendiri. Sebagian Ulama rahimahumullah mengatakan:

المؤمن يطلب معاذير اخوانه, والمنافق يطلب عثراتهم

“Seorang mukmin akan mencari berbagai udzur bagi saudaranya, sedangkan seorang munafik akan mencari-cari segala kesalahan mereka“.

Dan terakhir, ketahuilah:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ

“Sesungguhnya Allah menyuruh untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan“. [An Nahl: 90]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan (agar kita berlaku) inshaf dan bersikap adil dengan seadil-adilnya walaupun hanya pada diri sendiri, atau terhadap kedua orang tua, ataupun terhadap sanak kerabat. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita bersegera terhadap perkara yang akan mendatangkan ampunanNya dan akan menghantarkan kedalam jannah yang luasnya seluas tujuh langit dan bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan“. [Ali ‘Imran: 133-134]

وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين

KSA Riyadh, 29 Dzulqo’dah 1430 H

Bertepatan dengan 17 November 2009 M

Ket: Kurang-lebih 20 tahun yang lalu beliau pensiun dari Majlis Al-Qadha di kota suci Makkah Al-Muharramah sebagai Al-Mufti Al-Qadhi, semenjak itu sampai saat ini beliau bermukim di kota Riyadh dan beliau menghabiskan waktunya untuk duduk di maktabah.

Beliau adalah Shahibul fadhilah Asy-Syaikh Al-Mukarram Shalih bin Abdul Aziz bin Abdillah Al-Ghusn lahir di Buraidah Al-Qashim pada tanggal 01 Rajab tahun 1356 H (berarti usia beliau sekarang kurang lebih 75 tahun).

[Alih bahasa oleh Syuhada Abu Syakir Al-Iskandar As-Salafy Al-Andunisy]

– text asli:

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله ربّ العالمين وصلّى الله وسلّم على أشرف خلقه وأكرمهم وأحسنهم خُلُقا أثنى الله عليه

بقوله: وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)

وقال تعالى: وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ (159)

وقال تعالى: فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ (13)

فيا معشر الأحبّة أوصيكم ونفسي بتقوى الله في السّرّ والعلن, وتقوى الله هي امتثال أوامره واجتناب نواهيه, والتقوى وصية الله للأوّلين والأخرين,

كما قال تعالى: وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا الله (131)

فهي الوصية العظيمة الجامعة لحقوق الله وحقوق عباده, بأن يطاع فلايعصى, ويذكر فلاينسى, ويشكر فلايكفر, والتقوى وصية الرسول صلى الله عليه وسلم لأمّته كما في خطبة الوداع,

وكان إذا أمّر أميرا على جيش أو سرية أوصاه بتقوى الله, ووصّى بها معاذا رضي الله عنه

قائلا له: اتق الله حيثما كنت

وعليكم بالإخلاص وحسن النية في العلم والعمل, فإنكم مأمورين بذلك

في قوله تعالى: وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ (5)

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي (14)

فانو الخير تكن من أهله,

كما أوصيكم بالحرص على العلم النافع, تدبّر كتاب الله, واتباع سنّة رسوله صلى الله عليه وسلم التي حثّ عليها الرسول صلى الله عليه وسلم

بقوله: فعليكم بسنتي، وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي، تمسكوا بها، وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور

كما أوصيكم بما أرشد إليه المصطفى صلى الله عليه وسلم

بقوله: لا تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخوانا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ ؛ لا يَظْلِمُهُ ، وَلا يَخْذُلُهُ ، وَلا يَحْقِرُهُ ، التَّقْوَى هَاهُنَا ، و يُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثلاث مرات بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

فبدأ هذا الحديث الشريف بالتحذير من الحسد, فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب, وإذا أحسست شيئً من ذلك لأحد إخوانك فاكتمه ولاتظهره ولاتحدّث به, فإنه قد قيل ما خلا جسد من حسد, لكن اللئيم يبديه والكريم يخفيه,

وعليكم ياأحبّتي بالتآلف والمحبّة وجمع الكلمة وأداء الحقوق التي حثّ عليها الرسول صلى الله عليه وسلم ورغّب فيها

قائلا: حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم ستٌّ : إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأجبْهُ ، وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ الله فَشَمِّتْهُ ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ رواه مسلم

وحقوق الإخوة ليست محصورة في هذه, وإنما هي نماذج وتوجيهات ينبغي فهمها والإعتناء بها,

كما أوصيكم باحترام العلماء والأخذ منهم فإن العلماء ورثة الأنبياء, فينبغي احترامهم واجلالهم, فإن الله رفع قدرهم وأعلى شأنهم, حتى ولو غلِط بعضهم في بعض مسائل الإجتهاد, فلايكون ذلك مانعا من الإستفادة من علومهم, ولايسلَم من الأخطاء الا من عصَمه الله والكمال لله وحده,

وعليكم بالأخلاق الحسنة والآداب الفاضلة فإن حسن الخلق يثقل ميزان الحسنات, وهو سبب لدخول الجنة, والى محبة الله ومحبة رسوله والقرب منه يوم القيامة,

فإنه ما من شيئ يوضع في ميزان العبد أثقل من حسن الخلق, وإن صاحب حسن الخلق ليبلغ به درجة صاحب الصوم و الصلاة,

وفي حديث عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما مرفوعا

ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا

وفي حديث ابي هريرة رضي الله عنه

أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق

ومما يقوّي الترابط بين الإخوة ويألّف قلوبهم ويزيل ما في النفوس, أن يحبّ المرء لأخيه ما يحبّ لنفسه, وأن يكُفّ عنهم الأذى باليد أو بالسان أو غيره,

كما في الصحيحين من حديث ابي ذرّ رضي الله عنه قال:

قلت يا رسول الله أيّ الأعمال أفضل قال الإيمان بالله والجهاد في سبيله, قُلْتُ فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ ؟ قَالَ : تُعِينُ صَانِعًا أَوْ تَصْنَعُ لأَخْرَقَ، قُلْتُ : أرأيْتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ العَمَلِ ؟ قَالَ : فكُفَّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ, فإنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ

ومما تقتضيه المحبة وحسن الخلق, الصفْح عن عثْرات الإخوان وترك تأنيبهم بها والحرص على قلّة الخلاف والحرص على لزوم الموافقة,

وإذا زلّ أحد اخوانك فاطلب له تسعين عذرا, و لا تشتغل بعيوب الناس وتنسى عيب نفسك,

قال بعض الفضلاء: المؤمن يطلب معاذير اخوانه, والمنافق يطلب عثْراتهم,

وأخيرا اعلموا

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ (90)

وحثّ على الإنصاف والقوامة بالقسط ولو على النفس أو الوالدين أو الأقربين,

وأمر الله بالمسارعة إلى ما يوجب مغفرته ويدخل الجنة التي عرضها السموات والأرض,

قائلا: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين

Sumber: http://adhwaus-salaf.or.id/2010/02/10/nasehat-asy-syaikh-shalih-abdul-aziz-al-ghusn/

http://www.assalafy.org/mahad/?p=451

Tidak ada komentar:

Posting Komentar