Penulis : Fadhilatu Asy Syaikh Al ‘Allamah Abdul Aziz bin Baaz رحمه الله
Sungguh Allah telah memberikan jaminan kepada para rasul ‘alaihimussalam dan pengikutnya dengan pertolongan, kekuasaan, dan akibat yang baik di dunia dan di akhirat. Allah berfirman yang artinya :
وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الغَالِبُون, إِنَّهُمْ لَهُمُ المَنصُورُون, وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا المُرْسَلِين
“Dan sungguh telah tetap kalimat Kami (di Lauh Mahfudz) kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul. Sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami (para rasul ‘alaihimussalam dan pengikutnya) itulah yang pasti mendapatkan kemenangan”. (QS. As Shaffat: 171-173)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ , وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْساً لَّهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolong kalian dan meneguhkan (menetapkan) kedudukan kalian. Dan orang-orang yang kafir maka kebinasaanlah bagi mereka dan Allah 'Azza wa Jalla membatalkan amal-amal mereka.Yang demikian itu disebabkan kebencian mereka terhadap apa yang difirmankan Allah 'Azza wa Jalla (Al-Qur'aan) maka Allah menghapuskan (pahala dan amalan mereka)”. (QS. Muhammad: 7-9)
وَكَانَ حَقّاً عَلَيْنَا نَصْرُ المُؤْمِنِينَ
“Dan sudah menjadi kewajiban Kami menolong orang-orang yang beriman”. (QS. Ar Ruum: 47)
Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan firman Allah 'Azza wa Jalla tersebut. Barangsiapa yang memperhatikan sunnatullah pada diri rasul dan orang-orang yang beriman, akan mengetahui kebenaran dari sisi dalil naql (apa yang dikatakan Allah dalam Al-Qur'aan) maupun dari sisi kejadian yang disaksikan oleh umat manusia, yakni pertolongan yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka.
Adapun yang menimpa sebagian dari kaum muslimin, yaitu kekalahan di beberapa medan pertempuran karena dosa-dosa yang mereka kerjakan, penyimpangan atas perintah Allah, tidak adanya persiapan yang cukup dalam menghadapi musuh-musuh Islam, atau rahasia hikmah yang tinggi dan sempurna yang dimiliki oleh Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan seluruh musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kalian sendiri, dan Allah Azza wa Jalla memaafkan sebagian besar dari dosa-dosa kalian”. (QS. Asy Syuraa: 30)
Allah berfirman tentang perkara yang menimpa kaum muslimin pada Perang Uhud,
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلتُمْ أَنَّى هَـذَا قُل هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud, yaitu terbunuhnya 70 orang kaum muslimin) padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (kemenangan pada Perang Badar, yaitu terbunuhnya 70 orang musyrikin dan tertawannya 70 orang musyrikin) kalian mengatakan, ‘Dari mana datangnya kekalahan ini ?’ Katakanlah, ‘Itu dari diri kalian sendiri (kesalahan menyelisihi perintah Rasulullah )'. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali 'Imron: 165)
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
“Seluruh kebaikan (karunia anak, kebaikan jiwa, harta, dan lain-lain) yang kamu peroleh adalah dari Allah (keutamaan, kasih, dan rahmat Allah), dan seluruh bencana (mudlorot yang menimpa harta kekayaan, kematian anak-anak, paceklik, dan lain-lain) yang menimpamu, maka dari dosa dan kesalahan dirimu sendiri”. (QS. An Nisa’: 79)
Siapa saja yang memperhatikan dakwahnya para rasul dan keadaan ummatnya, akan mengetahui dengan jelas bahwa tauhid yang diserukan oleh mereka ada 3 macam. Dua macam ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik yaitu Tauhid Ar-Rububiyyah dan Tauhid Al Asma’ wa As Shifat. Namun itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.
Tauhid Ar-Rububiyyah adalah menetapkan dan meyakini seluruh perbuatan Rabb (Allah ‘Azza wa Jalla) seperti : menciptakan, memberi rizki, mengatur dan menghidupkan, mematikan, dan lain-lain.
Ini semua ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik dan Allah 'Azza wa Jalla mengharuskan dengan ketetapan dan keyakinan mereka itu supaya memberikan Tauhid Al ‘Ibadah (seluruh bentuk peribadahan) hanya kepada-Nya.
Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla:
وَلَئِن سَأَلتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang musyrik yang menyembah Allah dan menyembah selain-Nya), ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan ?’ Mereka akan mengatakan Allah, maka bagaimana mereka (dapat) dipalingkan (untuk memberikan seluruh peribadahan hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla atau mentauhidkan-Nya)”. (QS. Al ‘Ankabut: 61)
وَلَئِن سَأَلتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Dan sesugguhnya jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang musyrik), ‘Siapa yang menciptakan mereka ?’ Mereka mengatakan, ‘Allah”. (Az Zukhruf: 87)
قُل مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيَّتَ مِنَ الحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُل أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang memiliki (berkuasa dan menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (menumbuhkan tumbuhan dari biji dan sebaliknya, mengeluarkan mukmin dari kafir dan sebaliknya, mengeluarkan ayam dari telur dan sebaliknya, dan lainnya) dan siapa yang mengatur seluruh urusan ?' Maka mereka akan mengatakan, ‘Allah’. Maka katakanlah, ‘Mengapa kalian tidak bertaqwa (kepada-Nya) ?” (QS. Yunus: 31)
Makna dari firman Allah 'Azza wa Jalla أَفَلاَ تَتَّقُون adalah kenapa kalian menserikatkan (menyekutukan) Allah 'Azza wa Jalla dalam beribadah, padahal kalian mengetahui, menetapkan, dan meyakini bahwa semua yang melakukan penciptaan tersebut adalah Allah 'Azza wa Jalla.
Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan ayat-ayat tersebut yang keseluruhannya menunjukkan ketetapan dan keyakinan orang-orang musyrik akan perbuatan yang dilakukan oleh Allah 'Azza wa Jalla, yang dengan keyakinan itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam (mereka dihukumi sebagai orang-orang kafir). Semua itu disebabkan tidak ikhlash (murni)-nya mereka dalam memberikan peribadahan hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla (dalam memberikan Tauhid Al ‘Ibadah hanya kepada Allah). Penetapan dan keyakinan mereka atas seluruh perbuatan Allah 'Azza wa Jalla (Tauhid Ar Rububiyah) sebagai hujjah (dalil) atas mereka karena Al Khaliq (Allah yang menciptakan seluruh makhluk-Nya) yang mereka yakini mengharuskan untuk memberikan Tauhid Al ‘Ibadah hanya kepada-Nya. Maka kewajiban manusia untuk memberikan Tauhid Al 'Ibadah (seluruh bentuk peribadahan) hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla karena Dialah yang menciptakan, memberi rizki, mengatur, menghidupkan, mematikan, dan lain-lain atas seluruh makhluk-Nya.
Yang kedua adalah Tauhid Al-Asma’ wa Ash-Shifat. Banyak sekali di dalam ayat ayat al Qur’an Allah menyebutkan tentang tauhid tersebut. Dan orang orang musyrik tidak mengingkari seluruh asma dan sifat Allah, kecuali Ar Rahman saja yang mereka ingkari, sebagaimana firman Allah :
وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَـنِ قُل هُوَ رَبِّي لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ
“dan mereka (musyrikin) mengingkari sifat Ar-Rahman (Sifat Allah yang menunjukkan keluasan rahmat atas seluruh makhluk). Katakanlah (Muhammad ) :’Dialah Rabb-ku, tiada ilah yang berhak disembah selain Dia.Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat”.(Qs.Ar-Ra’d :30)
Pengingkaran ini disebabkan karena kesombongan dan kedurhakaan mereka. Apabila mereka tidak sombong dan durhaka, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah memiliki sifat Ar Rahman, sebagaimana banyak dijumpai dalam syair syair mereka. Allah berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَالِمُ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dia-lah Allah yang tiada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, yang mengetahui hal ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Rahman dan Rahim”.(Qs.Al Hasyr: 22)
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuraa: 11).
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Maka janganlah engkau mengadakan sesuatupun sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui.”(QS. An Nahl: 74).
Dan masih banyak ayat ayat yang semakna dengan ayat di atas, yang keseluruhannya menunjukan bahwa Allah mempunyai nama nama yang mulia dan sifat sifat yang tinggi. Nama dan sifat Allah menunjukan kesempurnaan yang mutlak bagi Dzat Nya, nama- nama Nya, sifat -sifat Nya, perbuatan -perbuatan Nya. Tidak ada yang menyamai satupun dari makhluk Nya.
Salaful ummah yaitu generasi sahabat, tabi’in, atba’at tabi’in, telah bersepakat atas kewajiban untuk beriman kepada seluruh ayat ayat Al Qur’an dan hadits - hadits yang shahih yang mengkhabarkan nama dan sifat Allah , dan beriman bahwa Allah mempunyai sifat - sifat tersebut secara hakiki dan bukan sebagai sifat kiasan atau mengubah makna sesungguhnya. Nama- nama dan sifat Allah sesuai dengan kesempurnaan dan kebesaran Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang sebanding atau serupa dengan Nya. Tidak ada yang mengetahui kaifiyahnya ( bentuk dari sifat sifat Allah ) kecuali hanya Dia sendiri yang mengetahui . Allah mempunyai sifat sifat yang hakiki sesuai dengan makna dhohir dari Al Qur’an dan hadits ( misalnya mengkabarkan bahwa Allah mempunyai wajah dan tangan). Itu semua hakiki atas Allah dan tidak ada yang serupa dengan Nya dari makhlukya sebagaimana firman Allah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang sama dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11).
Lanjutkan ke bagian III Klik disini
(Diterjemahkan dari risalah fatawa Asy Syaikh Al ‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah oleh
Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid)
Sumber : Buletin Da'wah Al Atsary, Semarang (Edisi VI)
http://www.darussalaf.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar